Jumat, 28 September 2012

Lily & Akasia.

Pertemuan itu...

Lily. Cewek mungil yang setahun lebih muda di banding usia teman-temannya di kelas adalah anak yang aktif dan pintar. Hobinya menulis dan baca buku. Tapi entah kenapa dia kuliah di jurusan arsitektur.

Tahun ini dia resmi menjadi mahasiswa baru di salah satu universitas ternama di Semarang. Beruntunglah dia bisa keterima di universitas itu karena nggak sedikit temannya gagal lulus seleksi. Dan di universitas itu hanya ada dua orang murid SMA nya yang keterima.

Namanya, Kai. Cowok yang cukup populer karena kepintarannya dalam mata pelajaran ekonomi. Dia juga salah satu anak olimpiade ekonomi. Jadi wajar saja kalo sekarang dia jadi mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis.

Lily dan Kai baru mengenal satu sama lain ketika dia tau hanya mereka berdua yang ada di universitas itu. Walaupun Kai mengenal Lily tapi Lily tidak mengenalnya. Hanya sekedar tau nama tapi tidak pernah mengobrol ataupun bertatap muka. Bukan, bukan karena Lily sombong. Tapi karena mereka di SMA beda kelas dan bahkan beda jurusan. Dan mungkin karena Lily juga termasuk anak yang populer di sekolahnya karena Lily aktif di OSIS dan beberapa ekstrakulikuler.

Dalam hidupnya, mencari teman itu sulit, mencari musuh itu mudah. Makanya ketika dia tau Kai masuk universitas yang sama, Lily segera mencari tau tentang sosok seorang Kai pada teman-temannya. Dia juga tak lupa mencari nomer handphone Kai di buku angkatan sekolahnya. Sampai akhirnya kini mereka berteman baik dan saling mendukung.

Lily itu anak yang mudah berbaur dengan siapa pun. Dia ramah dan murah senyum. Kadang tingkahnya masih seperti anak-anak tapi kadang juga sok bijaksana. Walaupun namanya terkesan pribadi yang lemah lembut tapi tidak pada Lily yang satu ini. Dia agak seperti cowok karena suka sama dunia sepakbola, juga lebih suka gabung sama para cowok di kelasnya di banding teman-teman ceweknya. Kadang style pakaiannya juga berubah-ubah. Kadang memakai rok seperti cewek-cewek feminim tapi kadang.........dia berantakan sekali. Lily orang yang cuek, nggak peduli apapun yang orang gunjingkan tentang dia.

Saat Lily jadi seorang mahasiswa baru atau bahasa kerennya maba, banyak hal yang menuntut Lily jadi lebih baik lagi. Bukan hanya ilmu yang harus dia dapatkan tapi juga pengalaman dan teman yang banyak dari berbagai jurusan dan daerah asal. Karena itu akan memudahkannya bersosialisasi dengan baik.

Sampai suatu saat, Lily mengenal sosok Indra. Cowok yang dia kenal melalui jejaring sosial facebook, Indra cowok yang baik dan ramah. Kebetulan Indra masih dari daerah yang sama dengan Lily cuma beda sekolah saja. Lily tak masalah berteman dengan siapapun karena bergaul itu penting tapi tidak berlebihan.

Mereka juga akhirnya berteman baik, seperti halnya Lily dan Kai. Tapi kini Lily dan Kai memiliki kesibukan yang beda dan perbedaan itu membuat mereka jadi jarang bertemu. Maklum sudah beda jurusan, juga beda fakultas.

Indra juga setahun lebih tua di banding usianya Lily. Ya, memang angkatan sekarang harusnya diiTkuti tahun lahirnya Indra atau Kai. Tapi  kiitu bukan masalah bagi Lily, karena prinsipnya, selagi kita masih bisa untuk belajar mengapa harus ditunda?

Mungkin karena bagi Indra, Lily masih seperti anak kecil, dia seperti selalu ingin melindunginya. Indra nggak akan ngebiarin Lily pulang dari kampus sendiri ketika sudah sore padahal Lily pulang paling lama dari kampus masih sekitar jam 6 sore dan itu masih ada angkot untuk pulang ke rumah kosnya.

Indra juga pernah bilang, kalo dia akan mengantarnya kemanapun atau menjemputnya dimana pun, kapan pun dia minta. Lily tak mengerti, kenapa dia mendapatkan teman sebaik itu. Tapi dia sangat bersyukur karena Tuhan nggak akan membiarkan Lily merasa sendiri.

Tapi ini bukan tentang Kai ataupun Indra. Tapi ini tentang sesuatu yang membuat Lily berdebar-debar. Tentang seseorang yang selalu membayangi pikiran dan hatinya. Tentang seseorang yang membuat Lily jatuh dalam tatapannya........




to be continue...




Seandainya...

Aku kalah, bahkan jauh sebelum mulai angkat senjata.
Kau ada di hidupku, tapi bukan untuk ku miliki.
Kerjap mata indahmu hanya untuk dia dan selamanya itu tak akan berubah.
Meski begitu, kenapa aku tidak berusaha berbalik dan mencari jalan keluar dari bayang-bayang dirimu?

Jika suatu hari kau menyadari perasaanku ini, ku mohon jangan menyalahkan dirimu.
Mungkin memang sudah begini takdir rasaku.
Cintaku padamu tak akan pernah melambung ke langit ketujuh.
Aku hanya akan membiarkan buih-buih kesedihanku menyaru bersama deburan ombak laut itu.
Karena inilah pengorbanan terakhirku: membiarkanmu bahagia tanpa diriku...







Windhy Puspitadewi

Minggu, 16 September 2012

Dear Someone

Baru saja kutulis namamu di diary harianku
Belum habis semua rasa bahagia kutuang
Haruskah kini kutuliskan tentang lara,
tentang kesendirian yang tak kutau akhirnya ?

Ku tau kau takkan pernah menjawabnya
Sebab kau pergi saat ku masih ternganga
Terbuai segala pesona rasa jatuh cinta
Haruskah kurobek semua seolah tak pernah ada ?

Your Name

I wrote your name in the sky,
but the wind blew it away.
I wrote your name in the sand,
but the waves washed it away.
I wrote your name in my heart,
and forever it will stay
.


Jessica Blade

Teruntuk Calon Imamku yang Tertulis di Lauhul Mahfudz!

Padamu yang Allah pilihkan dalam hidupku..

Ingin ku beri tahu padamu.. Aku hidup dan besar dari keluarga bahagia.. Orang tua yang begitu sempurna.. Dengan cinta yang begitu membuncah..
 Aku dibesarkan dengan limpahan kasih yang tak terhingga..

Maka, padamu ku katakan.. Saat Allah memilihmu dalam hidupku, maka saat itu aku berharap, kau pun sanggup melimpahkan cinta padaku.. Memperlakukanku dengan sayang yang begitu indah..

Padamu yang Allah pilihkan untukku.. Ketahuilah, aku hanya wanita biasa dengan begitu banyak kekurangan dalam diriku, aku bukanlah wanita sempurna, seperti yang mungkin kau harapkan.. Maka, ketika Dia memilihmu untukku, maka saat itu Dia ingin menyempurnakan kekuranganku dengan keberadaanmu, dan aku tahu. Kaupun bukanlah laki-laki yang sempurna.. Dan ku berharap ketidaksempurnaanku mampu menyempurnakan dirimu.. Karena kelak kita akan satu.. Aibmu adalah aibku, dan indahmu adalah indahku, kau dan aku akan menjadi ‘kita’..


Padamu yang Allah pilihkan untukku..
 Ketahuilah, sejak kecil Allah telah menempa diriku dengan ilmu dan tarbiyah, membentukku menjadi wanita yang mencintai Rabbnya.. Maka ketika Dia memilihmu untukku, maka saat itu, Allah mengetahui bahwa kaupun telah menempa dirimu dengan ilmuNya.. Maka gandeng tanganku dalam mengibarkan panji-panji dakwah dalam hidup kita.. Itulah visi pernikahan kita.. hanya beribadah pada-Nya ta’ala..

Padamu yang Allah tetapkan sebagai nahkodaku.. Ingatlah.. Aku adalah mahluk-Nya dari tulang rusuk yang paling bengkok.. Ada kalanya aku akan begitu membuatmu marah.. Maka, ketahuilah.. Saat itu Dia menghendaki kau menasihatiku dengan hikmah, sungguh hatiku tetaplah wanita yang lemah pada kelembutan.. Namun jangan kau coba meluruskanku, karena aku akan patah.. Tapi jangan pula membiarkanku begitu saja, karena akan selamanya aku salah.. Namun tatap mataku, tersenyumlah.. Tenangkan aku dengan genggaman tanganmu.. Dan nasihati aku dengan bijak dan hikmah.. Niscaya, kau akan menemukanku tersungkur menangis di pangkuanmu.. Maka ketika itu, kau kembali memiliki hatiku..

Padamu yang Allah tetapkan sebagai atap hunianku.. Ketahuilah, ketika ijab atas namaku telah kau lontarkan.. Maka di mataku kau adalah yang terindah, kata-katamu adalah titah untukku, selama tak bermaksiat pada Allah, akan ku penuhi semua perintahmu.. Maka kalau kau berkenan ku meminta.. Jadilah hunian yang indah, yang kokoh, yang mampu membuatku dan anak-anak kita nyaman dan aman di dalamnya..

Padamu yang Allah pilih menjadi penopang hidupku.. Dalam istana kecil kita akan hadir buah hati-buah hati kita –insya’Allah-… Maka didiklah mereka menjadi generasi yang dirindukan JANNAH… Yang di pundaknya akan diisi dengan amanah-amanah dakwah, yang ruh dan jiwanya selalu merindukan jihad.. Yang darahnya mengalir darah syuhada.. Dan ku yakin dari tanganmu yang penuh berkah kau mampu membentuk mereka.. Dengan hatimu yang penuh cinta, kau mampu merengkuh hati mereka.. Dan aku akan selalu jatuh cinta padamu..

Padamu yang Allah pilih sebagai imamku.. Ku memohon padamu.. Ridholah padaku, sungguh Ridhomu adalah Ridho Ilahi Rabbi.. Mudahkanlah jalanku ke Jannah-Nya..
Karena bagiku kau adalah kunci Jannahku..

Terlalu Cinta

Dosakah...
Bila ternyata
Aku merindukanmu...
Setelah janji ini,
Tlah lama teringkari.

Salahkah...
Bila ternyata,
Setiaku menunggu...
Masih adakah jalan,
Kembali bersamamu...

Mengertilah...
Karena aku,
Yang terlalu cinta kamu...

Mengertilah...
Karena aku,
Aku yang terlalu mencintaimu...

Salahkah...
Bila memaksa,
Memintamu kembali...
Segenap cinta ini,
Takkan kecewakanmu lagi...





Numata